Jumat, 03 Agustus 2012

Berdamai Lewat Upin dan Ipin ?

Jujur saja, saya pribadi merasakan kejengkelan yang kian mendalam pada Malaysia, terutama dengan segala klaim kebudayaan milik Indonesia yang beberapa waktu semakin menjadi-jadi. Keris, batik, dan bahkan reog ponorogo 

Siapa yang tak kenal dengan serial animasi dari negeri jiran Malaysia, Upin dan Ipin. Sebuah potret anak-anak negeri jiran yang secara mengejutkan sadar maupun tidak sadar telah mulai merasuk ke dalam pikiran anak-anak negeri ini dan mungkin orang dewasa. Film yang diputar di stasiun tv swasta nasional yang herannya tidak di sulih suarakan ke dalam bahasa Indonesia seperti layaknya film animasi lain walaupun bahasanya hampir mirip, malahan ditambahkan teks berbahasa Indonesia. Tapi disitulah kunci suksesnya film ini, karena tidak menghilangkan karakter asli film ini.


Dikutip dari Detik.com, bahwa film ini diharapkan menjadi bentuk diploma Malaysia dengan Indonesia, mengingat bahwa negeri ini dengan jirannya sering terjadi salah paham karena hal sepele sampai dengan serius.
“Upin dan Ipin sangat populer di Indonesia dan tetap dengan bahasa Melayu. Ini akan ada kesempatan pertukaran budaya yang kita harapkan,” kata Mukriz usai pertemuan Wakil PM Malaysia Tan Sri Dato Hj Muhyiddin dengan media massa Indonesia di Hotel Shangri La, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (29/6/2010). - Detik.com
Kedekatan budaya dan disini pula menunjukkan bahwa dunia anak di dunia ini sama, bahasa bukan halangan tapi bahwa anak-anak tetap anak-anak. Rasanya film ini walau diputar berulang-ulang tapi anak-anak negeri ini tetap duduk manis didepan TV seperti tersihir. Melihat kondisi seperti ini menjadi iri kapan negeri ini bisa menciptakan semacam Upin dan Ipin versi lokal yang lebih membumi.
Sumber: Detik, Galamedia,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar